Mata

Diposting oleh naela , Minggu, 04 Desember 2011 06.19


Sama saja.
Ketika pandangku bertemu dengan semburat di matanya, lalu dibiaskan dengan pantulan familiar di bola hitamnya.
Wajahku disana. Pasti.

Tapi bukan itu.
Sorotnya itulah, sama. Selalu.

Tidak berbeda.
Ya, tetap disana sejak tiga bulan lalu, terakhir kami bertukar kata,
pun tak jauh dari setahun yang lalu ketika air mata mengusik kami untuk menahan waktu,
ingin tetap bercerita dan tertawa berdua.
Bahkan, pasti ada, dari sejak dua tahun lalu ketika kami menjajaki dua kota berbeda, menghitung detik dan menit setiap harinya, untuk sekedar menyanyi bersama dalam mobil di jalan lapang Jogja, lalu kembali tertawa berdua.

Pun dari tiga tahun lalu, empat, lima, dan enam tahun lalu.
Dari sejak mata itu berbicara padaku untuk pertama kali, di depan pojokan sekolah, di tengah seragam putih-biru, di antara murid-murid beradu sepulang belajar.
Kutemukan wajahku disana, juga sorot mata itu.

"Kamu kok membuang wajah, sih, kalau awal-awal ketemu aku?"

"Aku.. jaim."

Itu yang selalu kamu katakan, berusaha menyembunyikan sorot matamu.
Malu bertemu denganku setelah sekian lama.

"Bang, kalau makan berdua liat aku, dong."

"Aku.. jaim."

Lagi-lagi begitu yang kamu katakan.

Sampai hari kedua, ketika bertemu lagi. Sorot mata yang berada di balik peraduanmu membaur keluar, mulai memantulkan wajahku.

"Akhirnya kamu ngeluarin sorot itu."

"Kenapa? Suka, ya?"

...

Ya. Kamu menjawabku.
Sorotmu melakukannya.

Jawaban akan pertanyaan, apakah berharga, dua setengah tahun dengan jarak ratusan kilometer.
Apakah berarti, perjalanan dua setengah tahun lagi tenggelam dalam jalan sendiri-sendiri.

Ya, tentu saja. Sorot mata yang terus disitulah kekuatanku.

Sorot mata jujur yang menggerakkanku untuk terus percaya padamu.
:)

Di Alun-alun Keraton

Diposting oleh naela , Selasa, 18 Oktober 2011 06.28



Gerigi roda bertautan
menggelinding,
berebut mengitari jalan lingkar
berputar di luar pohon raksasa perkasa,
si kembar beringin tua.

rantai alur sepeda berdecit-decit,
berdesak melewati barisan motor yang tercekit,
di alun-alun keraton Jogja.
di bawah mentari yang malu-malu berirama,
'sampai jumpa esok pagi, manusia!'

dua tangan tergamit
jemari kecilku dan pelukan genggammu
di atas pautan dua sepeda,
lekat,
bercampur tawa rekat,
melengkapi semburat keduanya
terpikat.

sejuk,
ketika terbahak lalu berbaur gelak,
menyatukan gema-gema canda
ceria.

Walau tetes peluh meronta
minta dianggap,
biar dua kaki sejengkal lenyap dari tegap,
di perantara ayunan-ayunan sepeda
yang terikat kuat-kuat.
kau sentak pedal seperti tembakan rudal,

sampai tubuhku terbawamu,
pesat.
mengelilingi rerumputan di atas aspal-aspal,
cepat.

lalu semuanya berubah hangat.



PS: untuk seseorang yang senang mengajakku naik sepeda gandeng ketika sore hari, di alun-alun keraton Jogja :)






Lari

Diposting oleh naela 03.16

Debu menghambur

di bekas telapak yang terjejak,
mengisi spasi
asap udara di tengah jalan raya.
seisak hati yang enggan untuk berbalik.
sekuat tekad untuk mengabur.

Lari saja!

Ya, kalau aku mau mati,
ya, kalau otakku tak memungkiri.
ya, tentu, kalau pikirku tak jatuh ke lumbung memori
mereka.

mereka, yang jemari-jemarinya tak lelah menghimpun selebaran
harta
benda
penyulap sekeping uang papanku, sejumput nasi sarapanku.

mereka, yang tangan-tangannya meraih angin,
memanjatkan doa.
mereka, yang berbisik di gendang telinga,
menampilkan barisan harap, segudang sayang,
mereka, di sana,
pun jauh dari genggam kerlip mata,
terpeluk oleh cintanya.

Lari saja!

Tidak.

Tidak mau.

Lari!

Tidak!

Aku akan tinggal,
tegak pun bergumpal asap
di tengah reruntuhan debu Jakarta,
demi mereka.

aku akan tinggal demi mereka.

demi kasih mereka
pada anak pecundang ini.



PS: Mereka, orang tua kita, pelantun melodi sayang tak terkira :)

Bawah Sadar

Diposting oleh naela , Senin, 17 Oktober 2011 04.31

Huruf berbaris menyatu dalam alinea,
berkata-kata dalam kepala,
'beginilah caranya,' ujar rentetan makna itu.

'ah, iyakah?' tanyaku, terpaku kaku.
tak yakin.
bukan. bukan ini yang kumau, yang kuingat.

'isilah.' mereka mengetuk-ngetuk lekukan lobus memori,
memaksaku menyentakkan jemari,
untuk bertoreh.
berceloteh.

lagi-lagi aku menelusuri,
merangkak dalam girus pencetak warna,
pembukti adanya Sang Pencipta.

'ah, baiklah.'
dan di ujung telunjuk yang bersilang itu aku menulis,
sebuah jawaban di pucuk tautan persoalan.

Sebilah mata pisau di penghujung kebinaran rantai pembelajaran,
yang sering kau sebut ujian.


PS: Mata hati sering berkata apa yang kau lupa, dengan jujur dan tanpa sadar. :)


Sepertinya

Diposting oleh naela , Minggu, 24 April 2011 03.39

Sepertinya,

saya susah membedakan realita dan khayalan.


Hayoloh, kenapa coba?

Jadi, 3 hari libur pre-sumatif malah membuat saya keasyikan. Bukan keasyikan belajar, tapi keasyikan ngenet seolah-seolah no tomorrow. Saya buka livejournal, cari-cari fanfic yongseo (actually, i'm goguma lover), daaaaan disana buanyak banget fanfic keren bagus menyentuh luar biasa touching bikin melayang2 labil galau~ Buka gogumafics! Maka temukan sendiri diri Anda sedang berada di dunia lain.

...

Fanfic disitu itu banyak bercerita tentang kisah yonghwa dan seohyun setelah wgm berakhir. Dan gawatnya, apa yang ditulis disitu rata-rata SAMA dengan yang saya bayangkan sekaligus harapkan plus idam-idamkan. LIVEJOURNAL MEMFASILITASI KELABILAN SAYA. OMG. Sumpah, ini labil banget Ya Tuhan... (gemas sama diri sendiri. Tapi tetep aja saya keranjingan dan terus2an baca. GILA BANGET!

Weeeelllllsss,
ada beberapa author yang saya suka banget ceritanya. Bisa karena plotnya yang apik berliku, atau karena gaya bahasanya yang halus mengalun. Salah satu favorit saya, disitu diceritakan Yong Hwa yang super playboy, suka sama Seo Hyun yang luar biasa suci (kok suci sih? maksud saya jujur). Seru banget.

Tiap hari saya buka page livejournal author kesukaan, menunggu-nunggu chapter selanjutnya, kalau ternyata belum update, saya cari yang lain. OMG. I'M SO FREAKIN OUT OF ALL OF THESE KIND OF THINGIES. SHOOT ME!

*sigh*
Intinya, semua salahkan livejournal! ehm, salahkan WGM! ehm, salahkan yonghwa dan seohyun! eh? ya salahkan diri saya sendiri -_____- *LABIL BANGET LO, NAEEE*


...

Saya jadi teringat, blog ini saya bikin untuk alasan yang baik. Berpuisi, menulis dengan benar, mencurahkan kata hati dengan bijak, tapi.. kenapa mendadak isinya trashing begini. Sedih. Hahaha. Lupakan. Saya masih punya ruangan lain untuk well, makin nyampah. Astaga. Kapan saya bertobat, ya.



Doakan segera. Semoga saya masih bisa menegaskan garis pembatas antara realita dan khayalan.







Lelah

Diposting oleh naela , Rabu, 06 April 2011 04.48

Seperti patah, tulang dan ototku melemah, lantas enggan melangkah, atau beranjak biarpun setengah. Aku bingung, seperti orang lingung yang pemurung, atau si Terkungkung yang selalu terpasung. Aku hanya ingin keluar, tersebar dan menyemburatkan segenap sinar. Penuh gebyar dan menggelegar. Ya, seperti pasar malam anyar, di ujung Jalan Segar.


Aku tidak buta, Hei Kamu, Si Bapak Tua. Penyuruh kawula muda tanpa kasih-cinta. Kamu pembunuh, perusuh karya bangsa yang belum lusuh, penuduh Kami yang masih utuh. Kamu bilang kami seperti buruh! Orang yang bisa kamu caci dan maki sepuas hati.

Aku lelah, dengan segala arah dan petuah.
Aku ingin pindah, ke ruangan tak begah, tak merah.
Ke sebuah lembah,
hanya ada aku dan aku, serta diriku, serta ragaku. Aku dan aku.


Bosan

Diposting oleh naela , Selasa, 05 April 2011 06.51

Bosan, tak mengenal kata sapaan,

berjalan tak pelan, ya, tak enggan.

Bosan,
sungguh Kamu bertabur peran,
memancarkan cahaya temaraman, biar aku bilang kalau aku penuh segan!
Bosan bosan dan bosan!

Kamu tahu, Bosan? Kamu ganggu aku seluruh ragaku yang terpasungkan!
Kamu setan, Bosan!

Aku juga insan, Hei, Bosan, manusia ciptaan, yang mudah diluluhkan dan dihempaskan seperti awan ringan yang bertebaran.

Pergi kau, Bosan. Enyah, kuperintahkan!
Jangan sekali pun kau tampakkan badan, atau bentukmu yang rupawan, lalu menguasaiku seperti ruh gentayangan.









Hongkong vs Konser

Diposting oleh naela , Selasa, 22 Maret 2011 08.19

*Sedang ingin agak menghancurkan kaidah kata*


Saat itu aku dan Ibu sedang berbincang tentang aktivitas seru di CIMSA yang akan diadakan.

Naela : "Bu, dulu kan aku pernah bilang soal acara di Hongkong itu. Gimana? Masih boleh nggak ikutan? (menjelaskan secara beruntun tentang acara dst dst)."
Nyokap : "NGGAK. Kamu tahu sekarang dunia lagi dalam masalah?"
Naela : ".... Maksudnya?"
Nyokap : "Jepang gempa bumi sama Tsunami, Hongkong kena, semua kena. Amerika nyerang Libia, Inggris nyerang Libia. Kamu masih mau?"
Naela : "engg..." (mulai menempatkan diri ke posisi Nyokap)
Nyokap : "Nggak boleh. Kamu ini udah jauh kok masih bikin pikiran orang tua nambah lagi. Mending kamu nonton konser di Jakarta aja sana, Ibu bayarin!" (bicara agak mantap)
Naela : "Bener?" (Mulai senang, terbayang bisa nonton 2PM dalam jarak dekat, atau SNSD di baris paling depan)
Nyokap : "Iya!"
Naela : "Biarpun tiketnya tembus dua juta?"
Nyokap : (diam sejenak) "Kamu itu, ngapain nonton konser mahal-mahal? Nggak sayang uang? Itu bisa buat beli macem-macem, bisa buat ini buat itu..."
Naela : "Jadi.. sebenernya gimana? -_________-"


Well, guys. Mother knows the best.

Kamu, Si Kekar

Diposting oleh naela , Senin, 21 Maret 2011 04.08

Catatan untuk seseorang yang selalu berada di depan kaca. Ia, yang sering mengucap kata bahagia, bahwa karena kekar, ia yakin bisa melindungi tanpa cela.


Kamu memelukku dengan segenap rengukuhan tangan,
yang tergelung sempurna mengitari erat tubuh mungil ini,
menghangatkanku.

"Jangan sedih, jangan khawatir,"
itulah katamu, dengan sedikit getir,
mengajakku untuk terus mengalir.

Ada yang berdesir, rasaku, sambil menelungkupkan tangan di dada.

Itulah kamu, si kekar berbadan besar.
Dengan tubuhmu yang gempal namun tak bergumpal, kamu hembuskan udara nyaman,
tanpa tersengal.

Kamu, yang selalu ada ketika aku bilang ada,
Kamu, Hei, yang selalu mau mengucapkan "tenang" tanpa malu-malu,
Kamu, penghapus duka, seseorang yang enggan lenyap dengan sekejap.

Kamu, Hei kamu, Si Kekar.




2PM on 7PM

Diposting oleh naela , Sabtu, 19 Maret 2011 19.14


HUWAAAAAAAAAAA! Mohon maaf kalau tulisan yang ini nantinya akan sedikit kurang ajar dan menggebu-gebu. Saya sedang tidang berminat men-transformasi tulisan ini menjadi lebih halus.


I saw them. I saw 2PM.

Semalam dengan peluh hasil ngantri-sampai-hipoksia selama 1,5 jam, saya akhirnya bisa melihat 2PM! Salah satu vocal group yang saya gemari dari korea. Konser Live and Rock ini diselenggarakan di Pekan Raya Jakarta Hall A yang berada di bilangan Kemayoran. Sungguh beruntung karena dapat dicapai kurang dari 20 menit dari kost. Dengan tebengan dari sahabat saya, Neke, saya menuju kesana disertai harapan-harapan seru melihat abang-abang deltoid tersebut. Hal lain yang membuat saya beruntung, tiket yang saya dapat giveaway, alias gratis. :D

*&^%$#


ABG Centil. ABG Labil.

Saat itu sedang mengantri super panjang dan padat di depan hall.

Bisik-bisik, saya, Reska, Karma, dan Neke saling memandang ketika kanan-kiri-depan-belakang-serong semua membicarakan artis-penyanyi-vokalgrup Korea, ketika kami berada di kerumunan orang, berebutan menyedot oksigen di udara. Bukan apa-apa, tapi ada yang tersirat di mata kami, "Plis deh." atau "OMG. Ternyata ada yang lebih labil dari kita." dan "Ga ngerti lagi. Berisik banget." sambil menatap geleng-geleng kepala seorang cewek yang mengibas-ngibaskan kipas 2PM, melantur kesana-kemari, bicara tentang Super Junior sampai Dream High Session 2 yg kata mereka kemungkinan bakal diisi anak-anaknya Suzy dan Taecyon (oh, well...). Yak. Kami menyimpulkan, that was the colour of fans kingdom, guys.


Setelah dorong-dorongan dan desak-desakan, akhirnya kami melewati gerbang security. Seperti terbebas dari jeratan rantai besi, napas berangsur melega, dan buru-buru kami masuk ke tempat acara.



*&^%$#



AT 7PM. There was 2PM on the stage!

Lagu pertama I'll Be Back sontak melontarkan gema teriak di seluruh penjuru hall. Tangan-tangan mengacung, membawa light stick 2PM, sampai berebutan mendapatkan rekaman bagus untuk gambar dan video mereka. Beberapa bergaung, menyebut anggota 2PM, sebagian besar mengaum dengan mata terbuka kemana-mena, tak mau kehilangan sosok di atas panggung yang atraktif dengan setelah hitam dan tarian memukau dengan gerakan action sambik curi-curi teasing ke penonton (oh my god, you could imagine how sexy they were) .

That was awesome, we're dancing like crazy.
And also, we're loss of breath like hell.


*&^%$#@

Then,

Sambil menutup tangan (saking tidak sanggup berteriak), I saw Junsu on the big screen, singing and smiling. Damn. Junsu was much much much more more handsome then yo've seen on the music videos or reality shows. I don't even know that he was that incredible. But this is, really. His voice, you know, that heavenly voice is just amazing.

Kebetulan saya ada di bagian agak ke kiri panggung, dan anggota 2PM yang sering mampir ke sisi kiri adalah Taecyon, Wooyoung, dan Junsu. Maka perhatian saya terpadu ke mereka. Mungkin alasan lain, semalam saya baru saja menamatkan serial Dream High. (agak ga nyambung tapi beneran, sering banget lihat Wooyoung dengan blonde hairstyle and energic moves nya yang sangat Jason itu).

Menurut saya, seberapa menariknya mereka di layar laptop atau televisi, maka untuk penampakan asli, kalikan 5x! JAUH. Well, agak lebay, tapi beneran. Nilai tertinggi saya berikan untuk Junsu. He was just unexpectedly that perfect. Di bawah Junsu, mungkin Junho dan Chansung. Dan yang paling mirip dengan apa yang saya lihat di layar adalah Taekyon, Nichkhun, dan Wooyoung (Tapi Taec yang paling mirip). Mungkin ini subyektif, tapi yah, i'll just share my opinion.

Saya juga kagum. Suara mereka stabil. Ya, dengan penampilan yang sebegitu menguras tenaga. Agak-agak teasing ketika tiga dari mereka mendadak hanya mengenakan, well, seperti performance 2PM, U-can-see shirt or that kind of type. Hmm, padahal mulanya tidak, dan Taec yang paling sering membuat penonton-penonton cewek berteriak kaget-tapi-seneng-centil.

Yang saya rasakan saat itu adalah, still, agak-agak tidak percaya 2PM hanya berjarak meter di depan saya (seperti bertemu atau menonton idola kalian, begitu bukan?). Biarpun berebutan lapang pandang dengan ratusan atau ribuan hottest, tapi saya entah kenapa begitu antusias. Walaupun mungkin tidak seberapa jika dibandingkan mereka. Tapi, ini seru. xDDDD

Ada adegan seru ketika Wooyoung melemparkan rompinya ke penonton yang sontak histeris (saya kadang berpikir, mereka pasti berebutan, lantas rompi wooyoung dipotong dengan gunting menjadi lima bagian dan dibagi ke cewek-cewek yang menangkap rompi itu bersamaan secara tidak sengaja). Dan satu pernyataan VJ Daniel yang saat itu jadi MC bahwa ia mendapatkan pin BB Khun-ah membuat seisi ruangan protes. Sampai Reska nyeletuk, "Apaan sih rompi, pin BB, aqua bekas 2PM.. Gue mau orangnya aja lah!" xD

Entah Taec atau Khun yang mengumbar pernyataan bahwa akan ada the real concert di Jakarta di tengah penampilan. SOON. Kami (saya juga) bersiap menabung lagi. Well, mumpung saya stay di Jakarta dan mereka berdatangan, kenapa tidak? Semoga sudah direncanakan matang dan BENAR-BENAR BAKALAN ADA. Tapi jangan cepat-cepat juga karena saya betul-betul harus nabung (reality of the anak kost).


Ah ya, yang terakhir tentang 2PM malam itu.

Their muscles are no joke.


*&^%$#


Saya jadi berpikir,

mungkin sekarang penyanyi Korea telah merajalela, kemana-mana, ke segala penjuru usia, dan tak hanya wanita. Ada yang mengelak mereka tanpa mencerna, ada yang senang menerima. Tapi, apa yang mereka sajikan tetap sebuah performance. Seni. Bisa dinikmati. Menyenangkan dan menghibur. Itulah fungsi entertainment, bisa menyedot kesedihan dan mengusir kegalauan (eheeeem), dan bagi saya, mereka bisa (atau karena saya memang dari sononya suka?). Bukti bahwa musik mereka bisa diterima adalah contoh usaha, dan seakan mengajak kita, bahwa sebenarnya, Indonesia juga bisa. Tapi... kapan?












Lembar Putih

Diposting oleh naela , Rabu, 16 Maret 2011 05.03

Lembar putih itu seperti isi kepalaku, kosong. Tidak satu goresan kata pun tertumbuk.

Karena memang belum ada yang menorehkan tinta di atasnya.
Satu pun. Satu huruf pun. Bahkan satu titik pun.

Mengapa?
Karena aku pun diam. Enggak beranjak. Tidak memintanya untuk menguarkan angka dan kata, tidak mempersilakannya pula untuk berbicara. Bukan keengganan, tapi kejenuhan. Ya. Karena halaman putih ini dulu penuh, dan sekarang telah susah-payah kuhampakan utuh-utuh.

Mungkin, nanti. Atau besok. Ataukah lusa.
Aku akan mengajaknya kembali bertutur rapi seperti partitur piano yang teratur.
Merengkuhnya kembali menarikan tetesan pena di atas lembar putihku. Seluruh lembarannya, hanya dirinya.

Ya. Pasti. Segera. Entah kapan.

Kangen

Diposting oleh naela , Selasa, 15 Maret 2011 08.11

Berlaku ketika tidak sedang menyentuhmu, tidak mengamatimu, dan sedang tidak mencuri pandang gerak-gerikmu.


Bukannya tidak bisa menggapaimu, tentu aku mampu. Karena cukup dengan meletakkan tangan di dada, aku bisa mendengar tawa kecil nan ceria, jenaka, dan canda-canda darimu. Ya, kuakui, ada yang mengetuk dari dalam situ, pengiring nada seperti nyanyian, yang menghantarkanku akan hasrat untuk melihatmu.

Mengalun seperti simfoni merpati, yang menyampaikan surat suaraku kepadamu.


Hei, aku kangen, lho!

Aku serius. Aku tidak sedang manja, kok, tapi aku sedang jujur. Kumohon, balas aku. Peluk kecemasanku dengan tangan kekarmu, rengkuh semuanya dengan segaris senyummu.


Terimakasih, kamu, ketika mau mendengarkanku.

Terimakasih.










Well, Kesibukan di Mata saya, Mahasiswa nge-Kost

Diposting oleh naela , Senin, 14 Februari 2011 02.32

Ini sungguh-sungguh. Tinggal menunggu jam sebelum deadline tentir berdenting-denting. Tapi saya kok malah nulis ya?


Fine.

Sungguh menyenangkan, ya, ketika saya akhirnya bisa mengalah dan mencoba mencintai bidang ini. Bukan bidang yang sesungguhnya saya idam-idamkan, tapi bidang yang saat ini paling baik untuk kondisi saya. Bidang yang bisa mengerti komitmen saya dan pribadi saya (sekali lagi), namun tetap, bukan bidang impian saya.

Saya sering merasa iri lho, ini beneran. Saya ingin ikut ini-itu, sibuk kesana-kemari, tapi saya tidak siap dengan komitmennya. Bagi saya, keluarga adalah nomor satu, dan libur panjang adalah untuk keluarga, maka saya harus pulang. Senin sampai Jumat, kadang-kadang weekend pun terpakai untuk ngampus, membuat saya harus pintar membagi waktu antara keluarga dan aktivitas saya di sini. Tapi, ya, saya iri, pada teman-teman saya di Jakarta, atau pada teman-teman saya yang sudah nempel di Jakarta. Mereka bisa ikut ini-itu tanpa mempertimbangkan libur adalah family-weeks, tanpa berpikir betapa mahalnya tiket bolak-nalik Jakarta-Jogja, tanpa merasa berharganya waktu saya di rumah setelah beberapa bulan tidak pulang...

Karena itu, saya merasa saya (dari masuk ke fkui) memang sudah mempunyai batas.

ya, batasan waktu, batasan gerak, bahwa satu tahun penuh tidak seluruhnya untuk kampus, tidak 24 jam penuh saya curahkan untuk kampus. Walaupun, tetap, saya iri dengan mereka yang tinggal di Jakarta. Ikut acara liburan, kenapa enggak? toh liburnya lama. Ikut acara di akhir minggu, kenapa nggak? toh tiap hari pulang ke rumah atau minggu depan bisa pulang ke rumah buat yang ngekost. Dan saya? "aduh, ingin ikut panitia X, tapi acaranya nabrak libur nggak ya... takut jadi panitia gabut... takut pas pulang malah sibuk... takut ini, takut itu... takut nggak bertanggungjawab..."

Maka, jadilah saya. Ikut kegiatan yang sesuai dengan kondisi saya, yang tidak terlalu mengikat dan membuat saya kehilangan banyak waktu, yang paling tidak membuat saya capek (sejujurnya, mudah sakit adalah penyakit saya). Bukan, saya mencintai dan senang terhadap apa yang saya lakukan (insya Allah), saya senang di fkui, tapi, yah, saya merasa (kadang-kadang), saya kurang maksimal di bidang non-akademik ini. Tapi, sekali lagi, saya merasa bahwa saya punya batas, dan sebelum masuk ke kampus perjuangan ini pun, batasan ini sudah saya pegang erat-erat.



Suara Pengisi Jatuh

Diposting oleh naela , Sabtu, 12 Februari 2011 06.15

Gelap, dan saya jatuh

Berdiri, kaki seolah lumpuh,
berjalan tertatih, gerimis kata merintih
dan pada akhirnya, saya membiarkan diam mengambil alih

"Kamu tidak lihat, bahwa kamu tidak sendiri?"
"Kamu tidak lihat, bahwa yang penting adalah hati?"
"Kamu tidak merasakan, bahwa kamu harus mencintai?"

Air mata saya menderu, berbulir-bulir memberundung,
terisak, gelap semakin pekat, lekat dan memeluk saya erat

Suara-suara itu terus bertalu, mengalun syahdu mengharu biru
Mereka, entah dari mana, mengisi kepala,
berebutan seperti amukan dewa-dewa

Ada kata "ya" terucap, tanpa sempat mengecap
Ya.

dan suara itu hilang,
tanpa gema.

Perlahan, cahaya itu melebar, dan merengkuh saya dengan kekar.

Ah, tidak gelap lagi.

Tulisan dan Kata

Diposting oleh naela , Jumat, 11 Februari 2011 07.36

Hasrat untuk menulis membumbung ketika saya merencanakannya, namun mendadak lenyap ketika laptop sudah berada di depan wajah saya, tepat di saat jemari-jemari mulai mengayun.


Saya adalah cewek biasa, yang merasa mengalami perubahan signifikan dalam tulis-menulis dibandingkan dulu.

Pertama, saya juga normal, mahasiswi yang lebih senang nonton Secret Garden daripada membaca 10 halaman Guyton. Maka, di tengah kesibukan perkuliahan (maaf banget kalau nulis di blog selalu nyambung ke kuliah), saya lebih memilih hiburan yang cepat-singkat-menghibur, dan dari sekian banyak hedonan yang menggiurkan mata hati pikiran, saya lebih tertarik menonton video, dan reality show... korea.

Bukan korea yang akan saya ceritakan, tp akibat dari kondisi ini.

Yak, akibatnya, menulis yang membutuhkan pikiran dan tenaga lebih, dan dulu termasuk ke dalam hobi saya, sedikit-banyak mulai sulit saya gapai. Tentu saja, menulis adalah keterampilan, dan dapat direngkuh erat ketika sudah menempuh perjalanan penuh kesabaran dan ketelatenan, tidak mudah berhenti hanya karena seonggok batu dan sekumpulan semak. Maka, saya mulai jarang menulis, karena menulis itu lebih menyita waktu daripada menonton video korea, menulis lebih membutuhkan jerih payah padahal badan sudah luluh-lantak pasca-ujian daripada menonton video korea, dan menulis lebih lama memunculkan fun daripada menonton video korea... meskipun ketika sudah terhanyut, keduanya sama-sama mengadiksi.

Maka, saya ingin kembali, ke dalam masa-masa menulis adalah candu (saya bukan seperti sastrawan ataupun novelis, jangan sok-sok 'ciye') dimana ketika menulis, beban saya terangkat, dan kepenatan saya menghilang. Mengingat bahwa saya tidak punya banyak waktu untuk melakukan kegiatan di waktu luang, saya mulai meninggalkannya, rentetan huruf-huruf yang muncul di layar laptop saya itu.

Kali ini saya diam, suara hati saya hnya bisa diwakili jemari-jemari yang terus menari ini, untuk menulis ini. :)
just, trying to figure out, dude, how your heart responses, how your friends respoonse, and what part could be yours, your writing skill imrovement.